Pesona Tubuh Seksi Melisa
Desahan Malam - Urusanku baru selesai jam 5an sore. Aku segera kontak melisa ke HP nya.
Kami kemudian janjian bertemu di sebuah cafe di mall tempat pertamakali kami berkenalan. Ketika aku masuk ke cafe itu.. aku lihat melisa sudah duduk menunggu di sebuah meja. Kebetulan suasana cafe agak lengang. Aku segera berjalan ke arah melisa.
“Sudah lama nunggu lisa..?” Tanyaku sambil duduk di kursi di samping melisa.
“Belum kok Mas.. aku juga barusan datang. Minumanku juga belum diantar tuh..” melisa menjawab sambil tersenyum manis.
Seorang waitress datang mendekat.. aku memesan minuman dingin.
Sekarang aku punya kesempatan buat memperhatikan melisa dengan lebih seksama. Petang itu dia sungguh cantik dan seksi sekali.
Kausnya ketat berwarna coklat.. modelnya pendek sehingga sebagian kulit perutnya yang sangat putih mulus itu nampak dengan jelas.
Kaus itu berkerah agak lebar dan rendah.. sehingga sebagian bahu dan dadanya bagian atas terbuka.. semakin mempertegas keseksiannya.
Paduan dari kaus itu adalah rok mini berbahan tebal berwarna krem.. sangat serasi dengan atasannya.
Pokoknya petang itu melisa tampak begitu seksi.
Minuman pesanan kami diantar oleh waitress dan kami mulai ngobrol sambil menikmatinya.
Hampir setengah jam kami berbincang.. ketika minuman kami telah terminum habis.. melisa berkata..
“Mas Benny belum makan kan..? Kita cari makan yuk.. Mas suka chinese food kan..?”
“Oke deh lisa..”
Kami lantas berjalan bersama ke tempat parkir.
Dan melisa segera memacu mobilnya ke sebuah restaurant di deretan Ruko yang cukup ramai.
Sesampainya di tujuan kami menuju ke lantai 2 dan duduk di meja di sudut ruangan. Sambil menikmati hidangan yang lezat kami berbincang santai.
Sekitar sejam kami di rumah makan itu dan kami kembali ke hotel.
Sesampai di hotel.. begitu pintu kamar tertutup.. aku segera memeluk melisa sambil mengecup bibirnya.
Dia membalas kecupanku dengan lumatan lembut di bibirku. Akupun balik melumat bibirnya yang molek itu.
Jujur saja.. aku sempat tergetar saat mencium melisa seperti ini.
Ciuman ini sungguh jauh dari ciuman penuh nafsu.. betul-betul ciuman yang sangat mesra seperti dengan orang yang kita cintai.
Jarang aku merasakan getaran seperti ini kecuali dengan istriku.
Entah berapa lama kami berpagutan mesra sampai akhirnya melisa melepaskan bibirnya dari bibirku dan berkata.. “Mandi dulu yuk Mas..”
Aku hanya mengangguk dan menggandeng tangannya ke kamar mandi.
Sesampai di kamar mandi kami segera salisa melucuti pakaian masing-masing.
Tak bosan-bosannya aku memandang tubuh molek yang bugil di hadapanku.
Aku agak terperanjat melihat bahwa seluruh bulu pubisnya telah tercukur habis sampai gundul.
Sungguh indah.. seluruh tubuhnya begitu mulus tanpa sehelai bulupun.
melisa agak risih juga aku pandangi seperti itu.. dia segera menarik tanganku dan mengajak aku masuk bathtub.
Aku segera menghidupkan shower dan mengatur kehangatan air.
Kusirami tubuh indah melisa dengan shower dan mulai menyabuni setiap jengkal kulit mulusnya.
melisa pasrah saja dan tampak menikmati apa yang aku lakukan.
Agak berlama-lama aku kedua usap buah dadanya yang ranum itu. Putingnya yang indah mulai mengeras.
Kemudian aku belai perut rampingnya.. terus turun ke bawah sampai ke kemaluannya yang polos itu.
“Bodimu mulus banget lisa..” uhh.. tak tahan aku untuk tak mengatakan itu.
“Ah.. Mas Ben ngeledek. Bodi udah tua gini lho ya..” melisa agak salah tingkah.
“Tua gimana sih..? Kalau tua aja masih mulus gini.. gimana mudanya dong..?” Aku coba menggoda.
melisa hanya tersenyum. Aku terus menyabuni daerah pribadinya.
Dengan sengaja aku berlama-lama menggosok-gosok bagian ini. Rupanya melisa mulai bereaksi terhadap belaianku di daerah sensitif ini.
Tubuhnya agak bergetar dan bergoyang mengikuti irama belaianku.
Aku segera menyiramkan air ke sekujur tubuhnya sampai semua busa sabun larut dalam air.
Tubuh basah melisa terlihat semakin menggiurkan.
Shower segera aku letakkan dan aku gamit tubuh melisa mendekat ke arahku sambil aku duduk di pinggir kepala bathtub.
Dengan mesra kupegang kedua pantat melisa dan aku tarik mendekat sampai selangkangannya tak sampai sejengkal di depan mukaku.
Rupanya posisi kepalaku agak terlalu tinggi.. aku agak membungkuk sedikit sambil menciumi selangkangan melisa yang sangat indah itu.
melisa sangat mengerti apa mauku.. dia segera mengangkat kaki kanannya dan meletakkannya di sisi bathtub.. sehingga pangkal pahanya membuka lebar memperlihatkan keindahan yang selama ini tersembunyi di balik lipatan pahanya yang polos itu.
Dalam terangnya lampu neon kamar mandi dan tanpa sehelai bulupun yang menghalangi.. aku bisa menyaksikan dari dekat liang kenikmatan melisa yang begitu merangsang.
Klitorisnya sudah menyembul dan kaku berdiri tetap di atas lubang senggamanya yang terlihat begitu sempit.
Tak tahan aku segera mengulum klitoris yang mungil itu.
Begitu bibirku menyentuhnya.. melisa segera bereaksi dengan mengerang lirih sembari mengelus lembut kepalaku dan sedikit menekannya lebih rapat ke selangkangannya.
Segera kuputar lidahku menjilati benda yang sangat sensitif itu. “Ooohhhh.. ohhhhh.. shhh shhhh..” desahan lirih kian intens keluar dari bibir mungilnya.
Tak lama aku sedikit lebih agresif lagi memainkan lidahku. Kedua tanganku tak henti-hentinya meremas dan membelai kedua bukit pantat melisa yang halus dan kenyal itu. Goyangan tubuh melisa semakin terasa.
Mulailah kuciumi bibir bawah melisa. “Ohhh.. Mas.. Ohhhh.. iya.. iya.. terus Mas..” erangannya makin santer terdengar.
Aku memang tak bermaksud sedikitpun untuk menghentikan aksiku.
Lidahku mulai aku jilatkan ke pinggir lubang kenikmatan melisa.
Entah hanya perasaanku atau memang demikian.. tapi aku rasakan bahwa vagina melisa sudah mulai basah oleh lendir yang licin.
Semakin licin semakin mudah buat lidahku unt menari-nari dan semakin leluasa untuk men-jilat-jilat liang senggama melisa.
“Sssshhhh.. ssshhhh.. Mas.. Oooohhh.. aku nggak tahaaan.. iya.. iya..”
Dalam ‘kesibukanku’ itu masih kusempatkan melirik ke arah cermin besar yang ada di dinding kamar mandi.
Jrengg..! Terpampang jelas adegan yang begitu memukau.
melisa berdiri dengan kaki kanan tertumpu ke sisi bathtub.. sementara mukaku separuh terbenam dalam selangkangannya.
Tangan kanan melisa mengusap rambutku dan tangan kirinya meremas kedua payudaranya bergantian.
Kepalanya agak terdongkak ke belakang.. matanya terpejam rapat. dari balik bibirnya yang mungil yang sedikit terbuka itu terlihat lidahnya menjilat bibirnya sendiri.
Sungguh pamandangan yang sangat indah dan merangsang.
Aku sempatkan untuk berkata.. “Lihat cermin lisa..”
Mata melisa yang tadi terpejam segera terbuka.. wajahnya yang cantik segera menoleh dan menikmati pemandangan di cermin.
Aku kembali membelai vaginanya dengan lidahku yang lincah.
“Mas.. ohhhh.. ooohhh.. Mas.. iya.. iya..” ada sedikit nada bergetar di suara serak melisa.
Aku tahu melisa akan segera mencapai klimaksnya.. maka semakin giat aku menjulurkan lidahku mengorek lubang kenikmatannya sejauh yang aku mampu.
Jari tangan kiriku mulai memelintir klitorisnya yang semakin keras. Tubuh melisa bergetar hebat.
Slrupp.. slrupp.. slrupp.. semakin kupergencar seranganku pada salahsatu bagian tubuh tersensitifnya tersebut.
melisa mulai berkelojotan tak terkontrol.. aku berusaha keras agar bibirku tak lepas dari selangkangannya.
Hingga akhirnya.. “OOOOOOOHHHHHHH.. Maaaaaaaaasssssss.. OOOOOOOHHHHHHH..” Ia melenguh keras dan badannya kejang menggigil.
Hmm.. dapat kurasakan lelehan lendir hangat keluar deras dari liang kenikmatannya.
Segera kusambut cairan kental hangat itu dengan lidahku. melisa telah mencapai puncak orgasmenya.
Untuk beberapa saat aku masih menciumi selangkangnnya dengan lebih lembut. Sementara tubuh melisa sudah mematung tak bergerak.
Hanya deburan nafasnya yang memburu yang menandakan masih ada kehidupan di tubuhnya.
Beberapa saat masih seperti ini. Lalu berangsur tubuh melisa mulai melemas.
Aku lantas berdiri dan memeluknya. melisa segera mencium bibirku dengan sangat lembut dan mesra.
Kami terus berciuman sampai tubuhnya benar-benar tenang dan nafasnya tak lagi menderu.
“Mas Ben.. aku belum pernah merasakan puas seperti tadi.. Mas. Makasih Mas.. aku sayang banget ama Mas Ben..” suaranya terdengar benar-benar tulus.
Melisa kembali menciumku.. kali ini aku rasakan ada getaran lain di ciuman lembutnya.
Terus terang aku agak kaget mendengar pernyataan sayang melisa.
Dari sekian banyak wanita yang memadu cinta denganku.. belum pernah ada yang menyatakan perasaannya kepadaku.. kecuali istriku tentu saja.
Dan memang kami melakukannya hanya demi kenikmatan.. tanpa melibatkan perasaan. Aku tak tahu harus mengatakan apa..
Akhirnya setelah melisa melepaskan bibirnya dari bibirku aku berkata lirih.. “lisa.. semua aku lakukan demi kepuasanmu.. aku juga menikmatinya lisa..” aku mencoba merangkai kata tanpa harus mengeluarkan rayuan gombal.
Me lisa mulai tenang.. dia segera mengambil shower yang sedari tadi terus mengucur tergeletak di dasar bathtub.
Dia menyiram seluruh tubuhku dan menyabuninya.
Di bawah tubuhku tongkat kejantananku sedaritadi sudah berdiri tegak seakan menunggu dan meminta ‘diurus’ juga.. haha..
melisa dengan lembut mengusap dan menyabuni pedang pusakaku. Dia segera menyiram tubuhku lagi dengan shower sampai benar-benar bersih.
“Sekarang gantian Mas.. aku pengin memuaskan Mas Ben..” melisa berkata sambil mengambil posisi duduk di pinggir bathtub seperti aku tadi.
Aku sangat mengerti apa yang akan dilakukan oleh melisa. Akupun segera berdiri di hadapannya.
Kedua tangan mungil melisa merengkuh pantatku dan menarikna mendekat ke wajahnya yang jelita itu.
Tanpa basa-basi dia segera menciumi batang kejantananku dengan bibirnya yang tipis itu.
Perlahan lidahnya yang lembut itu mulai menjilati seluruh permukaan kemaluanku.
Kadang diselisai dengan kecupan dan isapan lembut di kantong bijiku. Aku mulai terbuai oleh permainannya.
melisa sudah mulai mengulum kepala penisku dengan sangat lembut.
Kemudian dengan sangat mesra dia mulai memasukkan seluruh tongkat pusakaku ke dalam mulutnya yang mungil itu.
Sementara di dalam kuluman hangat mulutnya.. lidahnya menggelitik leher penisku. Bagian yang paling sensitif dari tubuhku.
Jelas saja tubuhku merespon tindakannya.. dan mulai menggelinjang penuh kenikmatan.
Kubelai lembut kepala melisa.. dia bereaksi dengan menyedot ringan kepala penisku.
Aku menoleh ke arah cermin. Aku lihat melisa juga memiringkan wajahnya memandang cermin yang sama.
Aku tersenyum penuh arti ke arah melisa lewat bayangan di cermin itu.
melisa hanya mengejapkan sebelah matanya sambil terus mengulum penisku.
Sungguh pemandangan yang sampai saat ini masih suka terbayang di benakku.
Sebelumnya aku tak pernah mimpi bahwa penisku bisa menikmati mulut dari wajah seayu ini.
Entah berapa banyak wanita yang pernah melayani aku dengan mulutnya.. dan masing-masing punya cara tersendiri yang unik.
Apa yang dilakukan melisa sebetulnya juga tak ada yang istimewa sekali.. tapi aku rasakan getaran lain.
Aku tahu melisa melakukannya dengan penuh rasa sayang.. tak sekedar birahi semata.
Hanya ada satu wanita lain yang bisa melakukannya seperti ini.. Winda.. istriku tentu saja.
Lidah dan bibir melisa masih terus menggerayangi kemaluanku.
Nafasku semakin memburu sambil mataku lekat memandang adegan di cermin.
melisa juga menikmati apa yang dia lakukan.. lirikannya juga tak lepas dari cermin itu.
“Ahhh.. ahhhh.. lisa.. nikmat.. ah.. lisa.. kamu pinter lisa.. ahhh terus.. iya.. iya..”
Tanpa bisa aku kontrol mulutku mulai menyuarakan apa yang aku rasakan.
melisa membalas desahanku dengan gelitikan lidahnya di batang penisku. Ini membuat aku semakin terbang ke awang-awang.
“Ahhhhh.. ahhh.. enak lisa.. mulutmu enak sekali lisa.. terus.. ahhhhh.. aku nggak tahan lisa.. ahhh..”
melisa bisa membaca gelagat bahwa puncak gunung kenikmatan sudah di depan mataku.
Dia agak mengubah gayanya.. kini bibirnya mengecup kepala penisku.
Tangan kanannya yang sedari tadi mengelus pantatku mulai mengocok batang penisku.
Mula-mula lambat.. semakin lama kocokannya semakin cepat.
Tak pelak aktivitasnya membuat badanku tak bisa kutahan untuk tidak gemetar penuh kenikmatan.
Dalam kondisi seperti ini biasanya aku memejamkan mata untuk lebih menikmati perasaan ini.
Tapi kali ini mataku terbuka lebar menatap adegan hot di cermin kamar mandi.
melisa juga melakukan hal yang sama.. matanya menikmati bayangan yang ada di cermin itu.
Sementara itu kurasakan tanggulku sudah hampir tak bisa menampung luberan lumpur yang akan segera menyemburkan benih kelelakianku.
Terasa tubuhku sudah bergetar hebat seperti truk tua yang tak kuat mendaki tanjakan terjal.
melisa sudah melepaskan bibirnya dari penisku.. mulutnya menganga lebar dan lidahnya terjulur siap menampung air bah yang dia tahu sebentar lagi akan datang.. kocokannya semakin kuat di batang penisku.
Dan.. “OOOHHHHH lisa..!!” Crooots croots croots croots..!
Entah ‘berapa liter’ cairan kenikmatanku yang menyembur menerjang masuk ke mulut melisa yang masih terbuka.
Sebagian bahkan menyemprot sampai ke hidung dan pipinya.
melisa masih mengocok tongkat kejantanku sampai akhirnya dari penisku hanya tertetes beberapa lendir kepuasan yang masih tertinggal di dalam salurannya.
Beberapa detik kemudian melisa kembali memasukkan seluruh penisku ke dalam mulutnya.
Dia kini mulai menggerakkan kepalanya maju-mundur tanpa tanda untuk berhenti.
Setelah beberapa saat.. tongkat nagaku mulai layu. Aku hendak beranjak menjauh tapi dekapan tangan melisa di pantatku menghalangi gerakku.
Biarpun penisku sudah lemas.. tapi melisa masih mengulum dan mempermainkan di dalam mulutnya.
Sungguh aku tak mengerti apa yang dimaui oleh melisa. Aku mencoba menurut saja.
Sambil berdiri lunglai.. penisku terus diisap dan dijilatinya. Tangan kanannya mengelus dan meremas lembut kantong bijiku.
Barangkali ada lima menit melisa dengan telaten melakukan ini. Lama-kelamaan tanpa aku sadari tongkat komandoku kembali terangkat.
Oh.. wow..! Tak pernah ada wanita yang melakukan ini terhadap aku.. bahkan Winda..!
Sungguh luar biasa.. aku kembali ereksi karena kuluman melisa. Sekarang penisku sudah kembali berdiri tegap siap menerima tugas selanjutnya.
Sambil tak pernah melepaskan genggaman tangannya di batang penisku.. perlahan melisa bangkit berdiri.
Kami kemudian berciuman dengan mesra. Lalu kupeluk melisa dari belakang sambil menghadap cermin besar itu.
Tangan kiriku mulai meraba dan meremas payudaranya yang kenyal itu. Aku pelintir-pelintir lembut putingnya. melisa tampak menyukainya.
Dia menoleh ke belakang dan kami berciuman dari samping. Tanganku mulai bergerilya mengusap dan menggosok kemaluan melisa.
Dia memperlancar aksiku dengan mengangkat kaki kirinya ke bibir bathtub.
Segera saja jari tanganku mendaraat di klitorisnya yang terpampang jelas dari cermin.
Tangan kanan melisa menggerayangn ke belakang tubuhnya dan menemukan penisku yang memang sedari tadi sudah tegak berdiri.
Aku agak menggesar tubuh ke kanan sehingga sebelah tubuhku nampak di cermin. Sekarang melisa leluasa mengusap lembut batang kejantananku.
Sambil terus salisa meraba dan merangsang.. mata kami tak lepas dari bayangan indah di cermin besar itu.
Kami berdiri agak bersisian dengan sebagain tubuhku di belakang tubuh melisa yang polos. Kaki kiri melisa bertumpu di bibir bathtub.
Tangan kiriku menggerayangi kemaluan melisa yang menganga lebar. Tangan kanan melisa mengocok penisku yang berdiri kokoh.
Kami masih terus salisa menikmati permainan ini untuk beberapa saat.
“lisa.. kamu sungguh cantik.. bodimu seksi banget..” melisa hanya tersenyum tersipu. Kami terus melanjutkan aksi kami.
Beberapa saat kemudian tubuh kami mulai bereaksi dan nafas kami semakin memburu.
Kemudian kubimbing melisa untuk keluar dari bathtub. Kuminta melisa membungkuk sambil tangannya bertumpu pada kepala kloset.
Kakinya agak aku renggangkan sedikit. Lalu perlahan kutekuk sedikit lututku.. sehingga selangkanganku pas di belakang pantat melisa yang padat kenyal itu.
Senjataku yang sudah terkokang aku arahkan ke pangkal paha melisa yang sedikit terbuka.
Dari sudut yang sangat sempit aku bisa lihat liang senggamanya seolah ‘melambaikan tangan’ merindukan tusukan penisku.
Tangan kiriku agak menggeser pantat kiri melisa agar lebih leluasa.
melisa membantu dengan tangan kanannya menekan pantat kanannya.. sehingga jalan masuk penisku semakin lapang laksana jalan tol Jagorawi.
Perlahan dengan tangan kananku kubimbing ‘adikku’ memasuki gua gelap penuh kenikmatan itu.
Vagina melisa pun sudah licin oleh lendir pelumas akibat rangsangan jariku tadi.
Blessepp..! Batang penisku segera meluncur masuk tanpa halangan.
Kedua tanganku memegang pinggang melisa yang sangat ramping itu.. mengarahkan gerak sodokan pinggulku semakin mantap.
Slebb.. clebb.. srebb.. crebb.. srebb.. clebb.. slebb.. crebb.. srebb..
Pantatku mulai bergerar lembut maju-mundur.. membuat batang penisku menusuk-nusuk pelan liang senggama melisa secara berirama.
Mata kami berdua tak lepas dari cermin itu.. menikmati adegan asyik yang terpampang di sana.
Punggung melisa agak melengkung.. buah dadanya yang sangat ranum itu menggantung merangsang. Tanganku segera meluncur ke bukit indah itu dan mulai meremasnya sambil pantatku terus menyodok maju-mundur pelan.
“Oooohhhh.. ooohhhh.. shhhh shhhhh.. Mas.. nikmat..” Kata-kata melisa membuat aku sedikit mempercepat pompaan pantatku.
melisa mengimbangi dengan goyangan pantatnya memutar searah jarum jam.
Clobb-crebb-crebb-crebb-clebb-clebb-crebb-crebb-clobb-clobb.. Bebunyian indah terdengar begitu syahdu berpadu dengan bunyi seperti tepukan plokk.. plokk.. setiapkali pangkal pahaku dan buah pantat melisa beradu..
“Aaahhh.. lisa.. ahhhh.. lisa.. enak sekali.. lisa.. aku suka itumu..”
“Oooh.. Mas.. terus.. ooohhh.. enak Mas.. iya.. iyaaa..”
Kami salisa bertukar desahan dan erangan penuh kenikmatan. Tanpa terasa sodokan pantatku semakin kencang.
Hingga tanpa disadari melisa semakin merendahkan tubuhnya dan punggungnya semakin melengkung.
Ini mumbuat aku semakin leluasa. Dekapan kedua tanganku di pinggangnya semakin kencang.
Dengan penuh perasaaan kutarik pinggulnya maju-mundur.. sementara aku berdiri dengan kaki sedikit membuka.. sehingga kuda-kudaku semakin kokoh.
Pantatku sudah tidak bergerak.. sebagai gantinya panggul melisa yang aku gerakkan.
“OOOhhhh Mas.. Mas.. aku.. nggak.. tahan.. terus Mas.. terus..”
“Ahhhh.. ssssshhhh.. sssshhhh.. lisa.. ayo.. aku juga.. nggak tahan.. ayo lisa.. sekarang..”
Pantatku kembali menyodok-nyodok.. kali ini dengan keras.. sehingga seluruh batang penisku menghujam ke kedalaman liang vagina melisa.
Jari tangan kiriku sudah menggosok-gosok klitorisnya. Semuanya sudah berlendir licin.
Tubuh melisa kini terasa telah kaku tak bergerak.. kakinya berjingkat dan mengangkang lebar.
Sementara di aku.. gunung merapiku pun terasa sudah hampir meletus.. untuk meledakkan magma yang menggelegak di dalamnya.
Clobb-crebb-crebb-crebb-clebb-clebb-crebb-crebb-clobb-clobb..
Aku semakin gahar menghujamkan seluruh batang kejantananku ke liang kenikmatan melisa sedalam yang aku mampu.
Tubuh melisa kurasakan mulai gemetar. “Ayo.. Mas.. se..ka..rang.. OOOOOOOOHHHHHHHHHH OOOOOOHHHHHH..!!”
Lolongan panjang melisa aku timpali dengan hujaman penisku setandasnya di selorong vagina melisa..
“Ahhhhhh.. lisa..!” Sreet.. crootz crootz crootz..!! Cairan hangat spermaku muncrat deras di lubuk liang nikmat yang hampir bersamaan berkedut-kedut.. seolah meremas dan memerah isi batang penisku yang tengah terbenam di sana.
Ouwhhh..! Kami mencapai puncak nikmat persetubuhan hampir berbarengan.
Sungguh kenikmatan luar biasa.. dan semuanya tadi aku nikmati secara visual di cermin yang jadi saksi kepuasan kami berdua.
Hingga detik ini aku masih bisa mengingat persis peristiwa hebat itu sampai sedetailnya. Dan kuakui itu merupakan salahsatu pengalaman seksku yang paling dahsyat.
Makasih melisa.. wanita keturuan Tionghoa di kota M. Aku akan selalu mengenangmu.
Dan tak mampu kupungkiri.. betapa malam itu kami betul-betul menikmati kepuasan yang tiada tara.
Akhirnya.. setiapkali aku tugas ke kota M.. aku selalu memadu kasih dengan melisa dan atau Lina.. baik secara bergantian atau bersamaan bertiga.. dengan penuh mesra dan nafsu birahi membara..
Tidak ada komentar